Ngada, Radarflores.com – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko di Kabupaten Ngada terus menunjukkan kemajuan signifikan.

Hingga April 2025, progres fisik pembangunan telah mencapai 79,57%, yang mencakup konstruksi wellpad A, B, C, dan D, pengembangan area laydown, serta pengaspalan akses jalan sepanjang 3 km dari total 7 km yang direncanakan.

Dalam audiensi bersama Gubernur NTT pada 28 April lalu, Dr. Pri Utami, Dosen Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), yang hadir sebagai narasumber ahli, memberikan penjelasan terkait fenomena geotermal di sekitar lokasi proyek.

“Fumarol dan manifestasi panas bumi merupakan fenomena alam yang wajar terjadi di wilayah dengan potensi panas bumi, seperti yang juga terlihat di Kawah Sikidang, Dieng. Manifestasi ini sudah terjadi bahkan sebelum adanya aktivitas pengeboran,” jelas Dr. Pri Utami dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (30/4).

Ia menegaskan bahwa kemunculan uap atau asap dari manifestasi geotermal adalah gejala alami dari aktivitas bawah permukaan bumi, dan tidak dapat langsung dikaitkan dengan pembangunan proyek panas bumi.

Hal tersebut turut diperkuat oleh Osta Melanno, Manager Unit Pelaksana Proyek (UPP) Nusra 2. Ia menyatakan bahwa proyek PLTP Mataloko saat ini masih berada pada tahap awal pengembangan.

“Kami masih fokus pada pembangunan infrastruktur dasar dan belum memasuki fase pengeboran,” ujarnya.

PLTP Mataloko dibangun di atas lahan seluas 12,9 hektare dalam Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) seluas 996,2 hektare. Peningkatan akses jalan dilakukan sepanjang 7 km dengan memanfaatkan jalur eksisting, sehingga tidak menggusur lahan produktif milik warga. Proses pengadaan lahan telah dirampungkan oleh Kantor ATR/BPN Ngada pada periode 2021–2022.

Sebagai bentuk komitmen terhadap keterlibatan masyarakat, PLN telah melaksanakan proses Free, Prior and Informed Consent (FPIC) di lima desa sekitar area proyek. Upaya ini bertujuan memperkuat penerimaan sosial terhadap pengembangan energi panas bumi.

Proyek PLTP Mataloko juga memberikan dampak ekonomi langsung bagi warga sekitar. Dari total 315 tenaga kerja yang terlibat, sekitar 80% merupakan masyarakat lokal.

General Manager PT PLN (Persero) UIP Nusra, Yasir, menyampaikan bahwa PLN siap bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Tim Satuan Tugas Geothermal bentukan Pemerintah Provinsi NTT.

“Kami siap melakukan survei lapangan bersama Tim Satgas. Semoga sinergi ini bisa mewujudkan cita-cita besar menjadikan Flores sebagai pulau mandiri energi berbasis panas bumi,” ungkap Yasir.

Selain aspek teknis dan sosial, PLN juga aktif menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di wilayah Mataloko. Program ini meliputi layanan pengobatan gratis, bantuan alat kesehatan, perbaikan sarana pendidikan, serta pelatihan dan pendampingan UMKM lokal.

Melalui pengembangan proyek-proyek energi bersih seperti PLTP Mataloko, PLN menegaskan komitmennya untuk menjadi penggerak transformasi ketenagalistrikan nasional yang berkelanjutan, inklusif, dan berpihak kepada masyarakat. [*]